Rara Sandira: Ciptakan Versi Terbaik Diri dengan Belajar di Korea Selatan

Bagi gadis biasa dari keluarga sederhana seperti saya, pergi ke luar negeri rasanya mustahil. Namun saya yakin hal yang mustahil itu akan bisa tercapai jika saya mempunyai tekad yang kuat. Saya Rara Sandira, mahasiswi Politeknik Negeri Sriwijaya yang mengambil jurusan Bahasa Inggris untuk Industri Perhotelan dan Pariwisata. Saya berasal dari kota palembang sumatera selatan. Di tahun 2022, saya menjadi penerima IISMA (beasiswa yang didanai penuh dari pemerintah Indonesia) ke Ulsan College, Korea Selatan dengan Skema C (Berbasis Kelas Industri). Durasi kesempatan luar biasa ini adalah satu semester. Sejak saya mengikuti program ini dan datang ke Ulsan College pada tanggal 25 Agustus 2022, saya hanya ingin mengeksplorasi beberapa hal untuk diri saya sendiri. Namun setelah mendalami program ini, tujuan saya berubah dan semakin luas setiap harinya. Memiliki cara pandang, wawasan, dan pelajaran hidup yang baru membuat saya sangat ingin mewujudkan ilmu yang saya miliki kepada banyak orang bahkan di dunia. Saya juga menyadari jika saya dapat meningkatkan sektor Perhotelan dan Pariwisata di kota saya bahkan di negara saya dengan menjadi agen yang sempurna untuk perusahaan, itu akan jauh lebih baik.

Memiliki ketertarikan pada Industri Perhotelan dan Pariwisata, saya memilih salah satu universitas di IISMA yang menyediakan jurusan ini dan telah terakreditasi oleh program AHLA (American Hotel & Lodging Association), yaitu Ulsan College di Korea Selatan dengan skema C (Ruang kelas dengan fokus industri). Universitas ini memberikan kurikulum inovatif dan mengembangkan keterampilan manajemen strategis dalam pilar industri perhotelan dalam lingkungan pembelajaran kuat yang berpusat pada siswa. Selain itu, Ulsan College juga dengan tegas menjamin pemberian pengalaman kerja langsung di perusahaan Perhotelan dan Pariwisata untuk membantu siswa mempersiapkan karir cepat di tempat kerja perhotelan. Universitas ini mampu menyeimbangkan keunggulan antara bidang akademik dan non-akademiknya. Ini sangat tepat dan cocok untuk mahasiswi vokasi seperti saya.

Sebagai peraih IISMA program Jalur Vokasi yang mendapat Skema C (Berbasis Kelas Industri), belajar di kelas atau fokus pada bidang akademik adalah suatu keharusan bagi saya. Saya memiliki beberapa kursus yang mendukung saya untuk mendalami Industri Perhotelan dan Pariwisata. Yaitu Metodologi Penelitian untuk proyek Perhotelan dan Pariwisata, Pemasaran untuk Industri Perhotelan dan Pariwisata, Komunikasi Bisnis, Pastry dan MICE (Meeting, Incentives, Convention, and Exhibition). Semua pelajaran memberikan pengetahuan penting dan pengalaman praktis untuk mengembangkan keterampilan saya lebih jauh.

Namun, tidak hanya hal akademis saja yang saya peroleh tetapi juga beberapa kegiatan non-akademik. Sejak pertama saya datang ke sini, saya bergabung dengan EPL (English Play Land). Merupakan kegiatan relawan yang melibatkan anak-anak Korea, dewasa, dan orang asing untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dengan cara yang interaktif, inovatif dan menyenangkan.

Pada bulan September dan Oktober, saya beberapa kali berkesempatan melakukan kunjungan industri ke Lotte Hotel & Resort, UECO (Ulsan Exhibition and Convention Center), dan Ulsan Art Museum. Semuanya adalah perusahaan besar yang menyediakan layanan tinggi di Industri Perhotelan dan Pariwisata. Saya juga menjadi perwakilan Indonesia di Ulsan Whale Festival. Ini adalah festival di Korea tentang sejarah, budaya dan ekologi ikan paus sejak tahun 1995. Dalam festival ini ada parade yang menampilkan pakaian tradisional dari berbagai negara di dunia, saya berkesempatan untuk melakukan kegiatan ini.

Pada awal bulan November, saya melakukan study field trip bertemakan pengalaman budaya ke beberapa tempat bersejarah di Korea Selatan. Hal ini benar-benar meningkatkan pemahaman dan pengetahuan lintas budaya saya.

Yang terpenting, saya mendapatkan pengalaman kerja langsung di Lotte Hotels & Resorts dan UECO (Ulsan Exhibition and Convention Center) seperti yang dijanjikan. Saya bekerja sebagai banquet server di beberapa acara bahkan acara internasional. Pada tanggal 1 November 2022, saya berkesempatan melayani perjamuan di acara The 20th World Korean Business Convention. Saya bertemu banyak pebisnis dan orang-orang penting dari seluruh dunia. Dalam peran saya sebagai pelayan, saya juga belajar melakukan pengaturan meja, kerja sama tim, kolaborasi dengan chef dan memenuhi ekspektasi pelanggan. Pada awalnya, saya pikir akan sangat mudah dalam melayani tamu, tetapi ternyata tidak begitu. Saya melakukan beberapa kesalahan karena saya tidak cukup fokus dan mengamati sebelumnya. Sungguh memalukan ketika piring yang saya pegang secara tidak sengaja mengenai dua orang tamu di acara tersebut. Selain itu, pikiran saya kurang fokus pada instruksi manajer. Jadi, saya tidak tahu betul di mana bagian meja yang harus saya sajikan. Saya terus berkata, “Saya minta maaf” saat itu. Dengan cepat, saya menyadari untuk harus kembali ke arah yang benar. Saya pergi ke kamar kecil dan menenangkan diri sejenak. Saya meningkatkan fokus saya dan merencanakan cara untuk menjaga keseimbangan ketika saya mengambil peralatan makan yang berat. Pada akhirnya, saya bisa berkolaborasi dengan tim saya dan menangani pelanggan dengan baik. Jika saya belum terjun langung melayani tamu seperti ini, saya tidak akan tahu betapa sulitnya hal itu. Melayani benar-benar membuka mata saya akan segala hal, tidak hanya melakukan suatu tindakan untuk sesama tetapi juga memadukan semangat, empati, dan tanggung jawab dalam satu paket.

Selain mendapatkan banyak hal berharga dan menakjubkan dari kuliah ini, saya juga menghadapi beberapa kendala yang membuat diri saya lebih kuat dari sebelumnya. Yang paling besar adalah berkomunikasi atau berinteraksi dengan masyarakat lokal di sini. Kebanyakan, mereka tidak bisa berbahasa Inggris. Meskipun saya memiliki dasar hangeul atau alfabet Korea, masih sulit untuk mengetahui semua kalimat yang diucapkannya. Namun, saya selalu konsisten mempelajari bahasa Korea hingga saat ini. Saya percaya segala sesuatu yang saya peroleh baik itu ilmu maupun ilmu dari perguruan tinggi ini akan mengantarkan saya menjadi ahli di bidang Industri Perhotelan dan Pariwisata. Mendapat banyak pengalaman berharga dari luar negeri, khususnya di Korea Selatan membuat saya sangat bersyukur dan merasa sangat diberkati pada semester ini. Saya bisa melakukan banyak hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya seperti menyantap makanan unik, mendapatkan wawasan baru, menjelajahi banyak tempat baru dalam waktu singkat, melakukan praktik kerja yang berhubungan dengan Industri Perhotelan dan Pariwisata, serta belajar bahasa baru. Itu akan menjadi hal dan pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup saya. Semua proses tersebut tidaklah sederhana namun membuat saya menjadi versi terbaik dari diri saya sendiri. Menjadi penerima program ini membuktikan kepada saya bahwa tidak ada yang mustahil dan semua hal memerlukan perjuangan. Rasa syukur saya tersirat dengan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak penting. Terima kasih sebesar-besarnya saya sampaikan kepada IISMA, Pemerintah Indonesia, Perguruan Tinggi Ulsan dan institusi tercinta (Politeknik Negeri Sriwijaya) khusunya jurusan Bahasa Inggris yang telah memfasilitasi kesempatan luar biasa ini. Semoga program yang luar biasa ini akan terus semakin berkembang kedepannya!.

admin
Arabela Kaulika,  Lembar Kehidupan di Barat Negeri Kanguru

Nama saya Arabella Kaulika, mahasiswi semester lima jurusan Bahasa Inggris dari Politeknik Negeri Sriwijaya. Lahir dan dibesarkan di Palembang, sembilan belas tahun terkungkung di kota yang sama turut andil dalam membentuk saya menjadi sosok yang imajinatif dan berjiwa bebas. “Berjiwa bebas” bukan berarti mengesampingkan aturan-aturan yang ada, melainkan mengapresiasi perbedaan tanpa terpaku pada satu sudut pandang.

Sejak kecil, saya sudah tertarik untuk mempelajari bahasa asing. Lama-kelamaan, kegemaran tersebut berubah menjadi keseharian dan terus saya bawa hingga remaja. Saya pun membulatkan tekad untuk menjadi pribadi yang berjasa bagi masyarakat melalui minat saya ini. Ketika SMA, saya mengambil jurusan IPA. Namun, hal itu lantas tidak membuat impian saya berkarier di dunia sastra dan pariwisata redup. Secara pribadi, saya berpendapat bahwa tidak seharusnya kita membatasi diri dalam mengenyam pendidikan. Berbekal pemikiran tersebut, saya menyertakan diri dalam program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) untuk pelajar vokasi. Melalui program ini, saya berkesempatan untuk menelusuri semesta di luar kota kelahiran—tanah air, bahkan—dan yang paling utama, menimba ilmu di bawah bimbingan para pemrakarsa di mancanegara; tepatnya di Phoenix Academy, Australia.

Bohong kalau jalan yang saya tapaki hingga sampai ke titik ini saya bilang mudah; bahkan, periode yang saya lalui di sini pun tak luput dari rintangan. Sistem pembelajaran yang mengharuskan mahasiswa untuk menggagas ide dan ikut serta dalam pengulasan setiap topiknya dan fakta bahwa saya harus beradaptasi dan bertukar pikiran dengan orang-orang dengan latar belakang, etnis, budaya, dan norma yang berbeda dari Indonesia sempat membuat saya segan, tetapi rasa kalut itu dipatahkan ketika saya mendapati mereka mengapresiasi setiap langkah yang saya ambil, sekecil apapun itu. Mereka juga mengajarkan untuk mengoperasikan hal-hal di luar pelajaran, sesederhana memesan tiket untuk transportasi dan menyeberangi jalan. Pernah sekali kami para awardee IISMA di Phoenix ditugaskan untuk membuat rencana untuk akhir pekan di Perth dan mempresentasikannya di depan khalayak sebagai bagian dari orientasi kami; sempat saya khawatir karena itu adalah kali pertama saya menampilkan ide di depan penduduk negara lain, dengan topik yang asing pula. Namun, trainer yang membimbing kami ketika itu memberikan dukungan, dan tak hentinya melempar senyum sepanjang presentasi. Mungkin itu salah satu hal yang membuat saya terpacu untuk memoles diri lebih baik lagi, dan harus diakui, dibandingkan dengan sebelum keberangkatan, saya menjadi lebih asertif dalam menyampaikan pendapat dan berani berinovasi.

Selain mengikuti kegiatan belajar dan mengajar yang terbilang sangat berpusat pada penyampaian pendapat dan , saya pernah beberapa kali mengikuti kegiatan volunteer bersama beberapa awardee. Volunteering pertama dilaksanakan di salah satu pantai di Perth, yakni Scarborough Beach. Di sana, kami membersihkan Scarborough Beach di bawah pengarahan sebuah organisasi pembersihan lingkungan bersifat non-profit bernama Impact Project. Masing-masing dari peserta kegiatan diberikan peralatan berupa sarung tangan dan ember. Melihat betapa terawatnya pantai di Perth membuat saya merasa kagum dan apresiatif terhadap kepedulian pemerintah dan penduduk Australia terhadap lingkungan. Setelahnya, kami berpartisipasi dalam kegiatan pembersihan habitat burung-burung di Bibra Lake. Di sini, kami diberikan kuliah singkat terkait kondisi biologis dan ekosistem para unggas yang dirawat dan dilindungi di area tersebut, sebelum akhirnya membersihkan kawasan sekitar mengikuti pemandu yang ada.

Tak hanya itu, para awardee IISMA Vokasi di Phoenix Academy berkesempatan melakukan kunjungan industri di Motor Trade Association of Western Australia, atau biasa disingkat MTA. MTA sendiri adalah industry group terbesar yang beroperasi di bidang automotif di Australia Barat. Waktu kunjungan kami habiskan dengan bertukar pikiran dan berbicara dengan CEO MTA secara langsung, yakni Stephen Moir. Konversasi dengan beliau memberikan kami pengetahuan terkait kultur bekerja di Australia, nilai-nilai yang dijunjung oleh perusahaan, serta sejarah perusahaan dan pengalaman pribadi dari sang CEO sendiri.

Yang terakhir, dan menurut saya pribadi adalah merupakan momen paling berkesan adalah ketika saya dan para awardee IISMA lainnya di Perth bertemu dengan Menteri Kebudayaan dan Seni, Olahraga, dan Pendidikan Internasional untuk Australia Barat, David Templeman. Jangankan berbicara, tak pernah sekalipun terbersit di pikiran bahwa saya akan berhadapan dengan seorang menteri—nyatanya, beliau yang menghampiri kami duluan dan memperlakukan kami layaknya keluarga. Dalam pidatonya, beliau menyatakan bahwa kami, para pelajar dari Indonesia, adalah bagian dari keluarga Australia Barat, dan ketika kami kembali menjelajahi negeri ini kelak, mereka akan menyambut kami dengan tangan terbuka lebar. Sungguh, saya lantas bahwa saya benar-benar bersyukur bisa bergabung dalam program ini.

Demikianlah lembaran kehidupan yang saya tulis sebagai seorang awardee IISMA di Phoenix Academy. Segenap terima kasih saya haturkan kepada panitia IISMA, LPDP, pihak kampus, dan semua pihak yang mendukung saya hingga sampai ke tahap ini. Harapan saya untuk pengembangan Kampus Merdeka adalah agar pelajar vokasi lainnya dapat mengejar cita-cita mereka untuk belajar di luar negeri, dan opsi perguruan tinggi mitra yang lebih banyak dari batch sekarang. Saya berharap pendidikan vokasi di Indonesia bisa terus berkembang.

admin